Thursday 13 November 2014

"AKU" atau "Diri"

Ingat saat kamu sedang marah?
Bagaimana "aku" muncul? 
Ia tampak sangat teguh seolah-olah ada "aku" yang nyata
yang sedang dihina orang lain. 

"Aku" itu merasa nyata, 
seakan berdiri sendiri, 
tetapi masih di suatu tempat di dalam batin dan badan kita. 
Kita menjadi marah untuk mempertahankan "aku" yang tampak begitu nyata. 
Jika "aku" yang solid dan berdiri sendiri itu ada sebagaimana tampak oleh kita, 
kita harus mampu menemukannya, 
entah di dalam batin atau badan kita, ataupun terpisah dari mereka. 
Tidak ada tempat lain di mana "aku" dapat berada. 
Mari kita lihat, apakah "aku" adalah badan kamu?

Ya.

Bagian mana dari badan kamu yang merupakan "aku"? 
Apakah "aku" lengan kamu? 
Dada kamu? 
Hujung kaki kamu? 
Otak kamu? 
Jelas bahwa "aku" bukan bagian apa pun dari badan kita. 
Mari kita cuba lagi. Apakah "aku" adalah batin kamu?

Mestinya demikian.

Batin yang manakah "aku"? 
Apakah "aku" adalah kesadaran penglihatan kamu? 
Kesedaran pendengaran kamu? 
Kesedaran batin kamu? 
Apakah "aku" adalah suatu perangai tertentu? 
Jika "aku" adalah sifat marah kamu, kalau begitu kamu akan selalu marah!

"Aku" adalah yang pergi dari satu kehidupan ke kehidupan selanjutnya.

Tetapi, apa yang pergi dari satu kehidupan ke kehidupan
selanjutnya terus-menerus berubah. 
Dapatkah kamu menunjukkan suatu saat renungan kamu
yang telah menjadi dan selalu akan menjadi "aku"? 
Apakah "aku" adalah fikiran yang kemarin? 
Berenung hari ini? 
Ataukah berakal esok?

"Aku" adalah mereka semua.

Namun itu merupakan kumpulan bahagian-bahagian, 
yang tak satu pun merupakan "aku". 
Menyebutnya sebagai "aku" adalah seperti menyebut
kumpulan serangga sebagai seekor kupu-kupu. 
Boleh jadi "aku" benar-benar terpisah dari batin dan badan kamu. 
Kalau benar begitu, dapatkah kamu membawa pergi batin dan badan kamu
sementara "aku" tetap tinggal terpisah? 
Jika "aku" terpisah dari batin dan badan, 
batin dan badan saya berada di sini
dan "aku" bisa berada di seberang ruangan sana. 
Mungkinkah itu?

"Aku" atau "diri" tidak berdiri terlepas dari batin dan badan. 
Dia bukan batin dan dia bukan badan; 
bukan pula gabungan batin dan badan. 
Dengan kata lain,
"aku" yang solid yang kita rasakan ketika kita marah ini, tidak ada. 
Inilah yang dimaksud dengan "tiada diri": 
tidak ada diri yang mutlak wujud atau terpisah keberadaannya. 
Ini tidak berarti bahwa "aku" ini tidak ada sama sekali. 
Yang kita tiadakan adalah keberadaannya yang kekal dan lepas terpisah. 
Secara konvensional, keberadaan "aku" yang marah itu ada, 
tetapi "aku" itu tidak wujud secara terpisah.
"Aku" bergantung pada sebab-sebab dan kondisi-kondisi: 
bertemunya sperma dan ovum orang tua kita,
kesedaran kita dari kehidupan sebelumnya, dan lain-lain. 
"Aku" juga bergantung pada bagian-bagian penyusunnya: 
batin dan badan kita. 
"Aku" juga bergantung pada konsep dan penamaan, 
iaitu dengan bergabungnya batin dan badan kita, 
kita mencerap seseorang dan menamainya "aku". 
Kita ada hanya kerana "diberi label"
dengan dasar penyusunnya-batin dan badan kita.
Bagaimana Pemahaman Tentang Musabab
yang Saling Bergantung Dapat Membantu Kita?

Bagaimana pemahaman tentang kaedah ini dapat membantu kita?

Ketika kita menyedari, 
kita mampu melihat bahwa tidak ada sosok nyata yang marah. 
Tidak ada sosok nyata yang perlu dipertahankan reputasinya. 
Tidak ada seseorang atau sebuah objek indah yang berdiri sendiri,
yang harus kita miliki. 
Dengan menyedari kemelekatan kita, kemarahan, iri hati, kesombongan,
dan sifat-sifat tak terpuji lainnya akan musnah, 
kerana tidak ada sosok nyata yang mutlak harus dilindungi
dan tidak ada objek nyata yang mutlak harus dilekati.

Ini tidak berarti kita menjadi lembam dan tidak berghairah,
dengan berpikiran, "Tidak ada aku yang nyata, tidak ada tujuan yang nyata, 
lalu buat apa kecoh berbuat ini dan itu?" 
Menyedari ketiadaan diri memberikan kita ruang gerak yang luas. 
Alih-alih menghabis-habiskan tenaga
untuk kemelekatan, amarah, dan kegelapan batin, 
kita bebas menggunakan kebijaksanaan kita yang besar,
dengan berbagai cara untuk membantu makhluk lain. 

Semoga bermanfaat dan berbahagia.

No comments:

Post a Comment